Wednesday, February 2, 2011

Kuliner di Cilegon

Belum genap sebulan saya menjejakkan kaki di kota Cilegon, namun sudah banyak hal yang membuat saya jatuh cinta pada kota ini. Lalu lintasnya yang bebas macet, fasilitas yang memadai, tenang, relatif aman, dan tentu saja tempat-tempat makannya yang berkualitas.

Sejak hari pertama tiba, yang ada di benak saya adalah dimana tempat makan yang enak. Maka, satu persatu tempat makan mulai saya coba mulai dari kaki lima hingga rumah makan yang menawarkan suasana dan kenyamanan. Untuk yang kaki lima, saya rasa tidak ada bedanya dengan kota - kota lainnya. Rasa pas-pasan, tempat asal-asalan, dan harga kemahalan untuk ukuran kaki lima (sebenernya murah, tapi dimahal-mahalin ama abangnya).

Nah, karena sering dikecewakan penjual makanan kaki lima, maka saya pun meminta rekomendasi dari rekan-rekan asli cilegon. Sejauh ini baru dua nama yang telah saya kunjungi yaitu, Warung Sate Asmawi dan Saung Edi.

Saya berkunjung ke Warung Sate Asmawi menjelang malam, cukup ramai suasananya. Lokasinya terletak di pinggir jalan raya Kota Cilegon. Memang agak sumpek dan berasap (asap sate brow), namun ketika saya mencoba salah satu menunya yang baru kali pertama ini saya coba yaitu sate bebek. WOW luar biasa nikmat rasanya!! Dalam satu tusuk sate, semuanya daging tidak ada lemak. Dagingnya harum meresap terasa ada rempah-rempah yang menambah gurihnya sate ini, rasanya sangat membuat saya terkejut. Yang paling penting buat saya adalah, HARGAnya terjangkau!! Hanya Rp 13.000/porsi/10 tusuk tanpa nasi. Saya kini sudah mencanangkan akan berkunjung ke tempat ini setidaknya 2x dalam sebulan.

Selanjutnya adalah Saung Edi, lokasinya berada di area belakang Toserba Edi. Tempatnya menawarkan suasanya yang nyaman dan tenang, dikelilingi kolam ikan buatan lengkap dengan pancurannya. Awalnya saya agak merinding ketika membaca menunya, Nasi Rp 4000, Es teh TAWAR Rp 2000, dan menu yang saya pilih pada malam itu adalah Tongseng sapi seharga Rp 17500 (wuooow). Dengan sedikit gugup khawatir uang yang saya keluarkan tidak sepadan dengan apa yang saya dapatkan, dan ternyata....
ENG ING ENG ueennaaak coooy!!!

Kuahnya yang gurih, dagingnya yang empuk dengan kuantitas yang tidak pelit, ukuran nasi yang cukup untuk kuli seperti saya, hingga saya pun tidak peduli lagi dengan masalah harga. Tempat ini membuat saya semakin cinta dengan Cilegon. Namun tidak ada yang sempurna, di sini saya diganggu oleh koloni nyamuk-nyamuk kecil yang tiada habisnya, dan suasana yang tenang terusik oleh musik dugem kampung dari tempat fitnes yang berada di dekatnya. Huff tapi itu bukan masalah besar buat saya, yang penting makan enak, kenyang, puasss.

Nah, perjalanan kuliner ini masih akan berlanjut. Tunggu kabar selanjutnya yaa..

Tuesday, February 1, 2011

Eng Ing Eng

Setelah mendengar kata blog semasa sma dulu, baru sekarang bisa kesampaian bikin blog sendiri. Tujuh tahun ngapain aja ya?? Beginilah kalo jadi pria pemalas, tiap buka internet bukannya mengasah wawasan dan keterampilan, malah buka - buka yang gak penting (penting sih, cuma malu mengakuinya).

Seiring berjalannya waktu, usia pun bertambah diikuti dengan tanggung jawab sebagai anak lelaki di dalam keluarga (sayang tinggi badan ga nambah2). Sekarang terasa sekali mencari nafkah itu tidak mudah, dan si pemalas ini pun bertransformasi menjadi pejuang pemula yang mentalnya masih mudah digoyang oleh tekanan kerja.

Semoga postingan pertama ini tidak menjadi yang terakhir, hehee.. Semoga bisa belajar dan sharing dengan para blogger master. Amiiiin