Ekspedisi Gunung Pancar
Pada liburan yang super singkat kali ini (22 - 23 Jan 12), saya dan teman-teman rumah memutuskan menjelajahi Gunung Pancar dan Curug Luhur (Curug : Air Terjun, Sunda). Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan dana yang kami miliki, kebetulan juga jarak rumah kami (Sentul) dan Gunung Pancar hanya sekitar 45 menit perjalanan dengan motor. Selain saya, ini adalah pengalaman pertama tim dalam kegiatan pendakian.
|
Tiket Masuk Gunung Pancar |
Kami berangkat malam hari pukul 20.30 WIB, lalu tiba di Gerbang Gunung Pancar pukul 21.10 WIB. Setibanya di gerbang, kami membayar tiket masuk senilai Rp 5000 / Orang, walaupun di tiket tertera Rp 2000 + Rp 1000 untuk kendaraan roda dua. Namun tak apalah, hitung-hitung beramal. Dari gerbang kami masih harus menuju sebuah sekolah dasar yang merupakan pos pertama pendakian menuju Puncak Gunung Pancar.
Tepat pukul 21.30 WIB kami memulai pendakian. Karena suasananya gelap beberapa dari kami mulai berpikir macam-macam, suara-suara yang muncul pun dianggap raungan harimau lapar (padahal itu suara kincir angin). Kami sempat tersesat di perkebunan singkong karena begitu banyak jalur yang membingungkan. Beruntung kami menemukan rumah warga lokal di tengah perkebunan tersebut.
Setelah mendapat pengarahan dari ibu pemilik rumah, kami pun kembali ke persimpangan jalur dan melanjutkan perjalanan kearah yang benar. Namun lagi-lagi kami tersesat, bahkan kali ini kami menempuh jalur ekstrim. Bukan tanah licin lagi yang kami temui, namun tebing-tebing bebatuan yang sangat curam. Alhasil kami pun sempat frustasi dibuatnya, tiba-tiba saja dari kejauhan terlihat sinar lampu senter. Kami merasakan secercah harapan, ternyata lampu itu adalah senter para peziarah. Kami pun berlari menerobos hutan ke arah mereka dan berjalan beriringan.
|
Tim di dalam tenda |
Ternyata seharusnya kami hanya mengikuti jalur yang jelas dan besar, lebar jalan pendakian sekitar 1 meter. Sangat berbeda dengan jalur yang kami tempuh sebelumnya yang lebarnya hanya sekitar 50 cm. Akhirnya tepat pukul 23.50 WIB kami tiba di Puncak Gunung Pancar. Disini terdapat 2 buah bangunan yang memiliki makam di dalamnya yang mana merupakan tempat berziarah.
Disekelilingnya ditutupi oleh pepohonan yang rindang, sehingga tidak nampak jelas pemandangan yang ada dibawahnya. Karena sudah lelah, kami pun tidak sempat bertanya-tanya mengenai siapa penghuni makam tersebut. Kami bergegas membangun tenda khawatir hujan akan turun. Setelahnya kami pun memasak nasi goreng kornet yang sebenarnya tidak begitu enak, namun terasa nikmat karena kami sangat kelaparan.
Tepat pukul 08.30 WIB kami meninggalkan Puncak menuju Curug Luhur. Jalurnya berlawanan dengan rute pendakian semalam. Kali ini rutenya lebih terbuka dan sangat indah. Setelah 30 menit perjalanan air terjun pun sudah nampak dari kejauhan. Kami semakin semangat dibuatnya, hingga beberapa kali kami pun terpeleset di jalur yang cukup licin. Kami bertemu dengan hamparan sawah yang luas lengkap dengan para petani yang sedang bekerja. Sedikit bertanya, kami pun melanjutkan perjalanan yang kali ini merupakan sungai dengan banyak bebatuan kecil dan besar. Sangat seru dan menantang, walaupun aliran sungainya kecil dan dangkal namun batu-batu licin sempat membuat kami terpeleset.
|
Hamparan Sawah Yang Hijau |
|
Sungai Yang Cantik |
Akhirnya kami pun tiba di Curug Luhur pukul 11.30 WIB. Karena kami lewat jalur yang tidak resmi maka petugas Curug Luhur pun agak bingung melihat kami, karena kami seharusnya lewat loket pembayaran tiket masuk. Harga tiket masuknya Rp 10000 + Rp 2000 untuk asuransi. Cukup mahal untuk ukuran objek wisata di tengah pedesaan yang minim fasilitas. Untuk saja kami tidak datang pada hari sabtu atau minggu yang mana harga tiketnya dua kali lebih mahal.
|
Tiket Masuk Curug Luhur |
Sebelum mulai bermain air, kami harus menitipkan tas-tas kami di bagian penitipan. Disitu tersedia loker dengan tarif Rp 5000/loker. Disini pun disewakan ban apung untuk anak-anak. Karena tas kami terlalu besar maka tidak dapat dimasukkan ke loker dan di taruh dipojokan saja, tentu dengan harga titip yang lebih negosiatif. Setelah berganti pakaian kami pun langsung menuju air terjun.
|
Berpose di Curug Luhur |
|
Penulis Berpose |
Tinggi air terjunnya sekitar 50 meter dengan aliran air yang cukup deras dan dingin. Angin yang kencang pun kerap membuat lensa kamera tertutupi air. Di sekitar air terjun terdapat tebing - tebing kecil yang kokoh. Suasananya cukup ramai hari itu, banyak pengunjung yang datang menggunakan motor dan mobil.
Setelah puas bermain air kami pun membilas diri di shower yang memang sudah disediakan secara cuma-cuma. Lalu kami pun sempat membuat mi goreng untuk mengisi perut. Selanjutnya kami berkemas dan memulai perjalanan pulang.
Kali ini kami melewati jalur pengunjung, yaitu melewati jalur sawah yang becek dan licin. Sesekali kami temui warung-warung di pinggir sawah. Sepertinya tempat ini merupakan peluang usaha baru bagi warga sekitar. Setelah sampai di jalan besar, ternyata tidak ada kendaraan umum yang menuju arah rumah kami. Akhirnya kami terpaksa berjalan kaki menuju, terminal terdekat di Karang Tengah.
|
Tim di atas truk |
Beruntung ditengah jalan kami bertemu truk pengangkut yang kebetulan sedang menuju Babakan Madang. Alhasil kami pun menumpang di truk tersebut hingga Babakan Madang. Ternyata dengan truk saja, perjalanan memakan waktu 30 menit, bayangkan jika ditempuh dengan jalan kaki!!
Selanjutnya menuju Sentul kami naik angkot 44 hingga rumah. Akhirnya perjalanan kali ini pun selesai. Sampai jumpa di petualangan berikutnya.
Bagi yang ingin menunjungi Curug Luhur dengan kendaraan bermotor bisa mengikuti rute berikut :
- Untuk bisa sampai ke Curug Cikoneng dapat dicapai melalui dua arah. Yaitu bisa dari arah Jayanti Bogor atau dari arah jalan Tol Jagorawi. Jika dari tol Jagorawi keluar di Gerbang Sentul Selatan, belok kiri masuk ke Perumahan Bukit Sentul melewati Perumahan Bukit Pelangi, lalu langsung ke arah Desa Cibingbin atau Desa Gunungbatu. Setelah melewati Balai Budaya, belok kanan masuk ke jalan desa menuju desa Bojong Koneng, sampai ketemu Kantor Kepala Desa (+/- 3 Km).
- Kondisi jalan menuju Bojong Koneng ini bervariasi dimulai dari jalan aspal mulus lalu selanjutnya berubah menjadi jalan makadam (berbatuan) dengan lebar jalan yang sempit sehingga menyulitkan jikalau berpapasan dengan kendaraan lain.
- Sesampai di desa Bojong Koneng perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki mengikuti jalan setapak, karena tidak bisa lagi dilalui kendaraan bermotor. Sebelumnya bagi yang membawa mobil sebaiknya mobil diparkir di Kantor Kepala Desa ini, atau di SD Bojongkoneng, disamping Kantor Kades.
- Bagi yang tidak menggunakan kendaraan pribadi untuk mencapai curug tersebut hanya menggunakan kendaraan ojek karena belum ada kendaraan umum yang mencapai desa tersebut.
- Setelah memarkirkan kendaraan, perjalanan menuju curug selanjutnya dilakukan dengan berjalan kaki mengikuti jalan setapak yang berada dikanan jalan tersebut. Melewati kebun-kebun dan persawahan. Juga melewati satu jembatan bambu yang melintasi sungai yang kering dimusim kemarau. Setelah berjalan +/- 1/2 jam atau 1, 5 km jarak tempuh dijalan setapak tersebut, sampailah ke curug. (sumber : https://sites.google.com/site/wisataairterjun/jawa-barat/curug-cikoneng---bogor )